Belajar Dari Kisah Imam Al Bazzaz Janji Allah Pasti Nyata


Al Ustadz Harman Tajang hafizhohullah

Disebutkan Oleh Al Imam Ibnu Rajab Al Hambali dalam kitab zain tabaqaat al hanaabilah kisah seorang ulama salaf yang bernama Qadhi Abu Bakr Ibnu Muhammad Abdul Baaqi Al Bazzaz Al Anshori Rahimahullah. Yang nanti akan kita sebut dengan Imam Al Bazzaz.
Imam Al Bazzaz menceritakan dirinya ia berkata:

Dahulu aku pernah tinggal di Makkah beberapa tahun lamanya. Pada satu musim  aku pernah merasakan lapar yang sanagat melilit. Dan aku pada waktu tidak memiliki apa apa yang bisa kugunakan untuk membeli makanan. Akhirnya aku keluar mencari cari makanan dan aku tidak mendapatkan apapun.
Tiba tiba, disebuah jalan aku mendapatkan sebuah bungkusan yang terbuat dari harir (sutrah) dan pengikatnya juga terbuat dari harir. Maka aku membawa pulang bungkusan tersebut dan ketika aku membukanya, aku lebih kaget lagi. Ternyata
isinya adalah sebuah kalung yang terbuat dari mutiara. maka aku kembali mengikat bungkusan tersebut kemudian kembali mencari makanan. Saat itu aku belum mendapatkan makanan sehingga membuatku sangat lapar sekali.

Ketika aku sedang mencari cari makanan, aku berjumpa dengan seorang syaikh yaitu seorang laki laki yang umurnya sudah tua. Orang tua tersebut berteriak dan mengatakan:  siapakah yang mendapatkan sebuah bungkusan yang sifatnya begini begini dan begitu?. Barang siapa yang mendapatkan bungkusan itu dan ia mengembalikannya kepadaku, maka dia  akan aku berikan hadiah sebesar 500 dinar emas.
 Maka Aku mendekati laki laki tua itu kemudian aku berkata padanya: silahkan saya mengundang anda untuk ke rumah. Ketika kami telah sampai rumah, aku kembali bertanya padanya: coba sebutkan sifat benda yang  hilang dari anda!

Dia kemudian mengatakan:  barang tersebut adalah sebuah bungkusan terbuat dari harir (sutrah) dan pengikatnya juga adalah sutrah. Maka tatkala orang tua tersebut memberitahukan sifat sifat dari bungkusan tersebut, aku kemudian mengatakan: ya, ternyata benar bahwa bungkusan tersebut milik orang tua tersebut.
Aku kemudain masuk untuk mengambil barang tersebut dan mengembalikannya kepada orang tua tersebut. Orang tua tersebut sangat bergembira, kemudian ia mengeluarkan uang sebesar 500 dinar emas yang ia janjikan dan ia berikan kepadaku.
Aku kemudian menolak dan mengatakan tidak!
Aku mengembalikan ini karena Allah ta’ala dan aku tidak mengharapkan imbalan dari siapaun kecuali dari Allah subhaanahu wata’aala.

Maka orang tua itu pergi dan ia kembali kenegaranya karena musim haji telah selesai. Pada suatu hari, aku juga memiliki keperluan untuk mendatangi suatu negeri. Untuk sampai ke negeri tersebut, aku harus naik sebuah kapal untuk melintasi lautan.
Tiba tiba, pada suatu malam ombak sangat tinggi, badai datang menghadang. Akhirnya perahu kami itu hancur dan manusia yang ada dalam kapal tersebut meninggal dunia, mati dalam peristiwa tersebut, harta harta sirna dan Alhamdulillah Allah menyelamatkan aku.

Pada saat itu ada potongan perahu yaitu sebongkah kayu, dan aku berpegang pada potongan kayu tersebut   selama beberapa hari. Aku berada dilautan dibawa oleh ombak hingga akhirnya Allah subhaanahu wata’ala dengan pertolongannya membawaku ke sebuah pulau.

Aku masuk ke pulau tersebut, dan aku mendapatkan penduduk pulau tersebut adalah orang orang ummiy yang tidak pandai menulis dan membaca. Namun mereka adalah kaum muslimin karena aku melihat ada sebuah masjid. Maka aku mendatangi masjid tersebut, aku duduk dan membaca di dalam masjid tersebut.
Katika aku dilihat oleh jama’ah masjid tersebut bahwa aku adalah orang yang pandai membaca, maka aku didesaki dan ditanya. Mereka berkata: apakah anda pandai membaca? Aku katakan: iya, aku pandai membaca. Penduduk kampung tersebut kemudian meminta kepadaku untuk mengajar anak anak mereka dan para pemuda yang ada di pulau tersebut dan akupun menerima permintaan mereka.

Kemudian penduduk pulau itu bertanya padaku: apakah engaku pandai menulis? Maka aku katakan iya, aku pandai menulis. Maka penduduk pulau itu meminta kepadaku agar aku mengajari mereka menulis.
Bebeapa tahun kemudian, aku rindu untuk pulang kembali ke negeri asalku, yaitu kota makkah. Maka aku meminta izin kepada penduduk kampung tersebut, namun ternyata penduduk kampung tersebut berat untuk melepaskanku, maka mereka berkata kepadaku: kami ingin menikahkan engkau. Aku menolak dan mengatakan tidak! Aku ingin kembali.

Namun, penduduk kampung yang berada dalam pulau tersebut tetap mengatakan tidak! Wanita yang  kami ingin nikahkah dengan anda ini adalah seorang wanita yatimah . Mereka mengatakan kepdaku bahwa di kampung ini ada seorang wanita yatimah dan ia adalah seorang wanita yang kaya yang mendapatkan warisan dari bapaknya, ia adalah wanita yang sholehah.
Setelah melakukan dialog yang cukup panjang, akhirnya aku tidak dapat menolak permintaan mereka. Maka ketika waktu pernikahan ku, diantarlah aku untuk menemui istriku di dalam kamar yang diantar oleh mahram dari wanita tersebut.

Ketika aku menemui istriku yang baru saja aku nikahi tersebut, aku tertegun. Pada saat itu aku hanya memperhatikan sebuah kalung yang berada di lehernya yaitu sebuah kalung yang terbuat dari mutiara. Aku memadang kalung tersebut dang terus memandang kalung tersebut. sampai sampai mahram dari wanita tersebut berkata: wahai syaikh!! Anda telah menyakiti perasaan wanita ini. Anda tidak memandang ke wajahnya namun memandang kekalungnya!!

Maka aku berkata kepadanya: aku memperhatikan kalung ini karena aku memiliki kenangan yang tidak bisa aku lupakan dengan kalung ini. Pendduk kampung bertanya: apa yang terjadi?? Aku kemudian berkata: dulu ketika aku berada di Makkah, aku pernah mendapatkan sebuah bungkusan yang isinya adalah kalung yang terbuat dari mutiara yang persis digunakan oleh wanita ini yang sekarang telah menjadi istriku.
Mendengar hal tersbut penduduk kampung seraya bertakbir dan bertasbih sampai sampai gema suara takbir mereka terdengar diseluruh penjuru negeri. Maka penduduk kampung tersebut menceritakan kepadaku, wahai syaikh, pemilik kalung tersebut telah meninggal dunia dan benar yang memiliki kisah dengan anda ketika ia kembali dari menunaikan ibadah haji, dia terus bekata kepada kami, aku bertemu dengan seorang pemuda yang sholeh di Makkah yang aku tidak pernah melihat ada seorang laki laki seperti dirinya Yaa
Allah kumpulkan aku bersamanya sampai aku menikahkan dia dengan putriku.

Kisah ini berakhir dengan pernikahan antara imam Al Bazzaz dengan  putri dari orang tua yang bertemu dengan Imam Al Bazzaz di Makkah. Doanya terkabulkan. sehingga bukan hanya kalung dari orang tua tersebut yang menjadi miliknya akan tetapi kalung dan pemilik dari kalung tersebut menjadi milik dari Imam tersebut.

Ada satu qaidah yang bisa kita ambil dari kisah ini, sebuah qaidah yang diajarkan oleh para ulama yaitu: man taraka syaian lillah ‘awwadhahullahu khairan minhu (barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah Subhaanahu wata’aala maka Allah akan menggantikan lebih baik dari apa yang ia tinggalkan tersebut. ini adalah janji dari Allah, barang siapa yang meninggalkan kebiasaan kebiasaan buruknya karena Allah Ta’ala, maka Allah akan menggantikannya dengan sesuatu yang lebih baik. Barang siapa yang meninggalkan riba, maka Allah akan menggantikannya harta yang berberkah di sisi Allah. Barang siapa yang meninggalkan dusta karena Allah walaupun bercanda, maka ia akan mendapatkan rumah di surga sebagaimana sabda dari rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam:

أنا زعيم ببيت في ربض الجنة لمن ترك المراء وإن كان محقا وببيت في وسط الجنة لمن ترك الكذب وإن كان مازحا وببيت في أعلى الجنة لمن حسن خلقه " .

Aku menjamin rumah di surga bagi siapa yang meninggalkan perdebatan dan aku menjamin rumah di tengah surga bagi siapa yang meninggalkan dusta walupun dusta tersbut adalah canda belaka dan aku menjamin rumah di surga yang paling tinggi bagi siapa yang memiliki akhlaq yang baik. HR Abu dawud dan di hasankan oleh syaikh Al Bani

Barang siapa yang meninggalkan kepada dukun atau tukang tukang sihir karena Allah, maka Allah akan memberikan kesembuhan kepadanya dan ia akan diberikan rasa ithmi’nan atau ketenangan di dalam hatinya. Barang siapa yang meninggalkan kedustaan karena Allah ‘Azza Wajalla, maka Allah akan memberikan kepadanya ash shidq yaitu kejujuran yang mengantarkannya kesurga. Barang siapa yang meninggalkan kebiasaan kebiasaan buruk seperti merokok karena Allah subhaanahu wata’ala maka Allah akan memberikan ganti yang lebih baik padanya.

Tapi satu hal yang harus kita ingat, untuk meninggalkan kebiasaan kebiasaan buruk atau untuk merubah kehidupan kita kearah yang lebih baik membutuhkan perjuangan, kesabaran dan pengorbanan. Karena disinilah Allah ‘Azza Wajalla  menguji kita.
الم (١)أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ (٢) 
(1) Alif laam miim (2) Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?

 Oleh karenanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan:

إنما الصبر عند الصدمة الأولى
Sesungguhnya kesabaran itu dibutuhkan pada pukulan pertama

Olehnya, apabila kita sudah mulai bertekad, tidak mau lagi terlambat pada sholat berjama’ah, maka mungkin pada awalnya kita akan merasa berat namun setelah itu insya Allah kita akan merasakan ketenangan. Salah seorang ulama yang bernama Tsabit Al Bunani rahimahullah, pernah mengatakan: saya pernah merasakan payahnya merasakan sholat selama 20 tahun, namun setelah itu saya merasakan ketenangan ketika saya menghadap kepada Allah subhaanahu wata’ala.

Allah subhaanahu wata’ala berfirman:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (٦٩)
69. dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.

Terkadang ada sebuah bentuk was was dari syaithan kepada manusia yang membuat manusia tersebut berputus asa dari rahmat Allah. Misalnya, dia mengatakan: saya sudah bertaubat akan tetapi saya terjatuh lagi dalam perbuatan tersebut setelah itu saya bertaubat namun saya kembali terjatuh dalam perbuatan tersebut mungkin saya adalah orang yang tidak mungkin mendapatkan hidayah?
Maka jawabannya tidak, perasaan yang seperti itu adalah alamat atau tanda kebaikan. Jika masih ada perasaan bersalah, setelah kita bertaubat kemabali lagi kita melakukan kesalahan maka bertaubatlah lagi untuk kesekian kalinya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ عَبْدًا أَصَابَ ذَنْبًا فَقَالَ : يَا رَبِّ إِنِّي أَذْنَبْتُ ذَنْبًا فَاغْفِرْهُ لِي ، فَقَالَ رَبُّهُ : عَلِمَ عَبْدِي أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ ، فَغَفَرَ لَهُ ، ثُمَّ مَكَثَ مَا شَاءَ اللَّهُ ، ثُمَّ أَصَابَ ذَنْبًا آخَرَ ، وَرُبَّمَا قَالَ : ثُمَّ أَذْنَبَ ذَنْبًا آخَرَ ، فَقَالَ : يَا رَبِّ إِنِّي أَذْنَبْتُ ذَنْبًا آخَرَ فَاغْفِرْهُ لِي ، فَقَالَ رَبُّهُ : عَلِمَ عَبْدِي أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ ، فَغَفَرَ لَهُ ثُمَّ مَكَثَ مَا شَاءَ اللَّهُ ، ثُمَّ أَصَابَ ذَنْبًا آخَرَ وَرُبَّمَا قَالَ : ثُمَّ أَذْنَبَ ذَنْبًا آخَرَ ، فَقَالَ : يَا رَبِّ إِنِّي أَذْنَبْتُ ذَنْبًا آخَرَ فَاغْفِرْهُ لِي ، فَقَالَ رَبُّهُ : عَلِمَ عَبْدِي أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ فَقَالَ رَبُّهُ : غَفَرْتُ لِعَبْدِي فَلْيَعْمَلْ مَا شَاء
sesungguhnya ada seorang hamba yang berbuat dosa maka dia berkata: wahai Tuhanku sesungguhnya aku telah berbuat dosa maka ampunilah dosaku, maka Allah berfirman: sesungguhnya hambaKu mengetahui bahwasanya ia memiliki Tuhan Yang Maha Pengampun dan memiliki adzab yang pedih dan Allah mengampuni dosanya. Kemudian ia kembali melakukan dosa yang lain maka ia berdoa kepada Allah: wahai Tuhanku sesungguhnya aku telah berbuat dosa maka ampunilah aku, maka Allah berfirman: sesungguhnya hambaKu mengetahui bahwasanya ia memiliki Tuhan Yang Maha Pengampun dan memiliki adzab yang pedih dan Allah mengampuni dosanya. Kemudian ia kembali melakukan kesalahan lagi maka ia berdoa kepada Allah: wahai Tuhanku sesungguhnya aku telah berbuat dosa yang lain, maka ampunilah aku , maka Allah berfirman: sesungguhnya hambaKu mengetahui bahwasanya ia memiliki Tuhan Yang Maha Pengampun dan memiliki adzab yang pedih dan Allah mengampuni dosanya. Dan Allah berfirman:sesungguhnya Aku telah mengampuni hamba-Ku tersebut maka silahkanlah ia berbuat apa yang ia kehendaki. HRMuslim dalam shohihnya.

Ketika kita memiliki kesungguhan untuk kembali ke jalan Allah, selama kita mengikutkan perbuatan yang baik dan bertaubat kepada Allah maka para ulama mengatakan
لا كبيرة مع الاستغفار ولا صغيرة مع الإسرار  

Tidak ada dosa besar jika seandainya selalu diiringi dengan istighfar dan tak ada dosa kecil jika selalu ditumpuk sesungguhnya gunung yang tinggi berasal dari tumpukan batu batu yang kecil.

Ditulis kembali dan di edit dari muhaadharah yang dibawakan oleh al Ustadz Harman Tajang Hafizhahullah dalam sebuah ceramah di bulan ramadhan.
Penyusun: Abu Aisyah

0 komentar:

Posting Komentar